Sabtu, 19 April 2014

Pemijahan Lele Sangkuriang


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang sangat potensial untuk dikembangkan, baik di wilayah perairan tawar (darat), payau maupun perairan laut. Hal ini didukung oleh potensi perairan umum yang begitu luas dan belum dimanfaatkan untuk usaha perikanan secara optimal. Nusa Tenggara Timur salah satunya yang memiliki potensi yang baik bagi pengembangan usaha budidaya perikanan, khususnya air tawar.
Ikan lele merupakan salah satu komoditas air tawar yang memiliki daya serap pasar yang tinggi, bila potensi tersebut dimanfaatkan secara optimal dan benar, maka akan meningkatkan pendapatan bagi pembudidaya ikan, membuka lapangan kerja, memanfaatkan daerah potensial, meningkatkan produktifitas perikanan, serta membatu menjaga kelestarian sumberdaya hayati. Ikan lele mempunyai kelebihan dan keunggulan yang khas, bila dibandingkan dengan ikan air tawar yang lainnya, yaitu pemeliharaan yang murah, mudah, serta dapat hidup di air yang kurang baik, cepat besar dalam waktu yang relatif singkat, kandungan gizi yang tinggi dalam setiap ekornya, juga memiliki rasa daging yang khas dan lezat yang tidak terdapat pada ikan lainnya (Anonim, 2008).
Pemijahan merupakan proses pengeluaran sel telur atau sel sperma oleh induk ikan. Ada beberapa metode pemijahan ikan, yaitu alami dan buatan. Keberhasilan pemijahan sangat ditentukan oleh tingkat kematangan gonad. Oleh karenanya, induk yang akan dipijahkan, sebelumnya dilakukan seleksi terlebih dahulu untuk menentukan induk yang benar-benar siap untuk dipijahkan agar benih yang dihasilkan berkualitas.
Pemijahan secara buatan yaitu dengan menggunakan rangsangan hormon yang kemudian pengeluaran sel telur dilakukan secara stripping, metode ini dikenal dengan induced breeding. Metode stripping (pengurutan) merupakan metode pemijahan buatan pada ikan dengan cara pengambilan sel sperma dan sel telur secara manual. Metode pemijahan buatan ini merupakan metode alternatif dari pemijahan alami agar menghasilkan benih yang berkualitas dan berkelanjutan. Banyak kalangan masyarakat khususnya pembudidaya ikan yang belum mengetahui pemijahan dengan metode stripping (pengurutan). Oleh karena itu, penulis membuat karya ilmiah dengan judul “Pemijahan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) Dengan Metode Stripping”.
   
Perumusan Masalah
Kendala dalam budidaya ikan lele sangkuriang yaitu minimnya penyediaan benih lele yang berkualitas, karena keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan oleh pembudidaya ikan dalam memijahkan ikan. Produksi benih yang dihasilkan rendah dan tidak kontinyu. Hal ini diakibatkan karena pemijahan ikan yang dilakukan masih bersifat alamiah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi benih dan berkelanjutan maka perlu dilakukan pemijahan secara buatan khususnya di Nusa Tenggara Timur. Dari uraian di atas yang merupakan rumusan masalah dalam penulisan karya tulis ini antara lain:
1.             Apa kelebihan dari pemijahan buatan menggunakan metode stripping?
2.             Langkah-langkah apa saja yang dilakukan dalam pemijahan ikan lele sangkuriang dengan metode stripping?
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah:
1.             Untuk mendeskripsikan kelebihan dari pemijahan buatan menggunakan metode stripping.
2.             Untuk mendeskripsikan langkah-langkah kerja dalam pemijahan ikan lele sangkuriang dengan metode stripping.

Manfaat Penulisan
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait sehubungan dengan pemijahan buatan ikan lele sangkuriang dengan metode stripping.


TELAAH PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi
Lele sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetika lele sangkuriang melalui kawin silang balik (backcross) antara anak dengan induk. Sehingga diklasifikasikan sama dengan lele dumbo (Subagja, 2010):
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidea
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
            Spesies : Clarias sp

Gambar 1. Ikan lele sangkuriang (Clarias sp)
Morfologi
Menurut Antonimus (2005) secara umum morfologi ikan lele sangkuriang tidak memiliki banyak perbedaan dengan lele dumbo yang selama ini banyak dibudidayakan. Hal tersebut dikarenakan lele sangkuriang sendiri merupakan hasil perkawinan silang dari induk lele dumbo.
Tubuh ikan lele sangkuriang mempunyai bentuk tubuh memanjang, berkulit licin, berlendir, dan tidak bersisik. Bentuk kepala menggepek (depress), dengan mulut yang relatif lebar, mempunyai empat pasang sungut. Lele sangkuriang memiliki tiga sirip tunggal, yakni sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur. Sementara itu,sirip yang berpasangan ada dua yakni sirip dada dan sirip perut. Pada sirip dada (pina thoracalis) dijumpai sepasang patil atau duri keras yang dapat digunakan dipermukaan tanah atau pematang. Pada bagian atas ruang rongga insang terdapat alat pernapasan tambahan (organ arborescent), bentuknya seperti batang pohon yang penuh dengan kapiler-kapiler darah.
Habitat dan Tingkah Laku
Habitat lele sangkuriang dapat hipup di lingkungan yang kualitas airnya sangat jelek. Kualitas yang baik untuk pertumbuhan yaitu kandungan O2 6 ppm, CO2 kurang dari 12 ppm, suhu (24-26) 0C, pH (6-7), NH3 kurang dari 1ppm dan daya tembus matahari ke dalam air maksium 30 cm (Bachtiar, 2006).
Tingkah laku Ikan lele sangkuriang dikenal aktif pada malam hari (nocturnal). Pada siang hari, ikan lele lebih suka berdiam didalam lubang atau tempat yang tenang dan aliran air tidak terlalu deras. Ikan lele mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk lumpur dasar untuk mencari binatang-binatang kecil (bentos) yang terletak di dasar perairan (Santoso, 1995).

Kebiasaan Makan Ikan Lele

Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam (bottom feeder). Berdasarkan jenis pakannya, lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging). Di habitat aslinya, lele makan cacing, siput air, belatung, laron, jentik-jentik serangga, kutu air, dan larva serangga air. Karena bersifat karnivora, pakan tambahan yang baik untuk lele adalah yang banyak mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung protein nabati, pertumbuhannya lambat (Swadaya, 2011)
Lele bersifat kanibalisme, yaitu sifat suka memangsa jenisnya sendiri. Jika kekurangan pakan, lele tidak segan-segan memangsa sesamanya sendiri yang berukuran lebih kecil. Oleh karena itu jangan sampai terlambat memberinya makan. Sifat kanibalisme juga ditimbulkan oleh adanya perbedaan ukuran. Lele yang berukuran besar akan memangsa ikan lele yang berukuran lebih kecil.
Perkembangbiakan
Dalam hal pemijahan ikan lele bukanlah musiman sepeti halnya ikan patin ataupun ikan bawal. Ikan lele dapat memijah sepanjang tahun. Apabila pemberian pakan tambahan sangat cukup, maka ikan lele sangkuriang dapat berpijah selama 6-8 minggu. Ikan lele sangkuriang ini tergolong ikan yang cepat besar, apabila akan dipijahkan ikan lele sangkuriang ini harus memiliki berat badan minimal 600-700 gram, dan umurnya harus diatas 1 tahun.
Ikan lele sangkuriang akan mencapai dewasa setelah berumur 2-3 tahun dan akan mulai memijah selama musim hujan sampai dengan akhir musim hujan (Susanto, 2002). Adapun perbedaaan induk jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Ciri-ciri induk ikan lele sangkuriang
Jantan
Betina
Kepala lebih kecil
Kepala lebih besar
Warna kulit dada (gelap)
Warna kulit lebih cerah
Urogenital agak menonjol, memanjang kearah belakang dan bewarna kemerahan
Urogenital berbentuk oval dan berwana kemerahan
Perut lebih langsing dan kenyal
Perut lebih gemuk dan lunak
Gerakannya lincah (agresif)
Gerakan lambat
Jika di stripping mengeluarkan cairan putih (sperma)
Jika di stripping mengeluarkan cairan kekuning-kunigan (telur)
Sumber : Anonym, (2006)
Gambar 2. Perbedaan induk jantan dan induk betina
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkTMI3nWlAlb_nw9TkMHTas7K17GDeNj1_7P8iKNsR1KxGbjqOHeVuMvvq7hfZV4W5rVVVm2D53bBZSLRTJEH-Gj-R5CxxQaQb_bPxHuCSfMT_kjEzvb90wGXnnXYSgaHoJVHPU4_-YEll/s1600/lelee.jpg
Biasanya ikan lele yang akan memijah mencari tempat untuk meletakkan telur-telurnya yaitu substrat yang berupa batu-batuan, rumput atau ranting kayu yang tenggelam dalam air yang kedalamannya sekitar 10 cm dengan arus yang tidak terlalu deras atau tenang (Susanto, 2002).
Seleksi Induk
Seleksi induk bertujuan untuk meningkatkan mutu agar menghasilkan benih yang berkualitas, sifat-sifat induk yang telah diseleksi diharapkan dapat mewariskan keturunannya (Sutarmanto, 2006). Induk betina yang sudah matang memiliki ciri-ciri perut gendut, jika diraba terasa lembek, dan bagian duburnya tampak kemerahan. Sementara itu ciri-ciri induk jantan adalah jika diurut kearah ekor akan keluar cairan putih (sperma) (Anonym, 2008).
Hormon Hipofisa
Hormon yang digunakan untuk merangsang lele sangkuriang agar memijah adalah hormon alamiah (dari kelenjar hipofisa) dan hormon buatan. Hormon yang di ambil dari kelenjar hipofisa yang teletak di bagian bawah otak kecil ikan. Kelenjar hipofisa ini hanya sebesar butir kacang hijau bahkan lebih kecil (Khairuman, 2002).
Stripping dan Pembuahan
Menurut Arie dkk. (2006), setelah 10-12 jam dari penyuntikan, induk betina siap di stripping (pengurutan telur kearah kelamin). Sebelum melakukan stripping pada induk betina, terlebih dahulu menyiapkan sperma jantan. Pengambilan sperma jantan dengan cara membedah perut induk jantan dan mengambil kantong sperma dengan cara menggunting. Selanjutnya sperma ditampung di gelas yang sudah diisi dengan NaCl aduk hingga merata. Setelah sperma jantan disiapkan, kemudian dilakukan pengurutan induk betina. Langkah-langkah pembuahan telur sebagai berikut: telur ditampung dalam baskom plastik, kemudian masukkan larutan sperma sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai merata, telur yang sudah tercampur dengan cairan sperma dibilas dengan akuabides untuk mencuci telur yang kotor.

METODE PENULISAN
Waktu dan Tempat
Penulisan karya tulis ilmiah ini ditulis pada tanggal 30 Oktober 2013 bertempat di Asrama Haumeni, Penfui-Kupang.
Metode Yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kepustakaan atau telaah pustaka. Materi tulisan ini diperoleh dengan melakukan pengumpulan data dan informasi berdasarkan sumber pustaka buku dan dari jurnal-jurnal yang dipilih sesuai dengan topik penulisan.

PEMBAHASAN
Persiapan Wadah Penetasan dan Substrat (Kakaban)
Persiapan bak penetasan dilakukan sebelum proses pengurutan. Untuk setiap pasang induk yang beratnya antara 0,5–1 kg diperlukan satu buah bak penetasan dengan ukuran 1 × 2 × 0,5 meter atau 1 × 1 × 0,5 meter. Sebelum  bak digunakan, bak dicuci bersih agar kotoran-kotoran dan lumut yang menempel terlepas sehingga dasar bak menjadi bersih dan benih lele sangkuriang terhindar dari serangan penyakit. Selanjutnya bak diisi air bersih setinggi 30–40 cm. Sebagai tempat atau media menempelnya telur, di dasar bak dipasang kakaban yang terbuat dari ijuk. Ukuran kakaban disesuaikan dengan ukuran bak penetasan.
Gambar 3. Pemasangan kakaban dalam kolam

Seleksi Induk
Tidak semua induk yang dipelihara dapat dipijahkan. Hal ini disebabkan  karena belum tentu semua induk matang gonad dan siap dipijahkan. Sebelum dipijahkan, induk dipilih yang sesuai dengan persyaratan. Salah satu persyaratan yang mutlak adalah induk telah berumur 1 tahun dengan berat 0,7-1 kg dan panjang 25-30 cm, baik jantan maupun betina. Pemilihan induk dilakukan dengan cara mengeringkan kolam induk, baik kolam induk jantan maupun betina, sehingga induk-induk ikan lele sangkuriang akan terkumpul. Selanjutnya induk-induk ikan sangkuriang ditangkap dengan menggunakan seser atau serokan dan ditampung dalam wadah seperti tong plastik.
Induk ikan lele betina yang sudah siap untuk dipijahkan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
  • Pada bagian perut sampai ke arah anus terlihat membesar, bila diraba akan terasa lembek.
  • Pada Lubang kelamin agak kemerahan serta tampak membesar.
  • Gerakan induk betina agak lambat. 
Induk jantan ikan lele yang telah siap untuk dipijahkan sebagai
berikut :
  • Pada alat kelamin induk jantan tampak jelas memerah
  • Warna tubuh induk jantan agak kemerah-merahan
  • Tubuh agak ramping dan gerakannya lincah.
Gambar 4. Induk lele yang siap di pijahkan
http://ririnrohmah.files.wordpress.com/2011/05/050111_0507_pemijahanik1.png?w=624

Rangsangan Pemijahan Dengan Hormon
Kebutuhan benih ikan lele sangkuriang yang berkualitas tidak mungkin dapat dicukupi hanya oleh induk-induk yang memijah secara alami. Penyuntikan hormon mutlak diperlukan. Hormon alamiah bisa disiapkan dari kelenjar hipofisa lele atau dari ikan mas. Hormon buatan/sintesis adalah hormon buatan pabrik. Beberapa jenis hormon sintesis tersebut misalnya Ovaprim dan HCG (human chorionic Gonadotropin). Hormon Ovaprim relatif mudah diperoleh karena sudah dijual umum seperti di toko perikanan di beberapa kota besar namun harganya relatif mahal. Oleh karena itu di gunakan hormon hipofisa agar menekan pengeluaran biaya.
Dosis Hipofisa
Banyaknya kelenjar hipofisa yang perlu disuntikkan pada induk ikan lele sangkuriang  adalah 1 dosis. Artinya ikan yang beratnya 1 kg memerlukan kelenjar hipofisa yang berasal dari ikan donor yang berat badannya 1 kg. Sebagai donor sebaiknya dipilih ikan yang sudah dewasa, jantan maupun betina sama saja. Apabila dipilih ikan yang belum dewasa maka kadar hormon hipofisanya relatif sedikit.
Pengambilan Hipofisa dan Pembuatan Ekstrak
Cara mengambil kelenjar hipofisa dari ikan donor adalah sebagai berikut :
1)                 Siapkan ikan (lele/mas) yang akan dijadikan donor.
2)                 Pegang bagian kepalanya bila licin, badannya dapat dibungkus dengan kain lap. Sementara bagian kepala dipegang, bagian badan diletakan diatas talenen. Kepala ikan dipotong dibagian belakang tutup insangnya hingga kepalanya putus.
3)                 Setelah terpotong, belah tulang kepalanya di atas mata hingga tulang tengkoraknya terbuka dan otaknya kelihatan.
4)                 Singkap otaknya menggunakan pinset, tepat dibagian bawah otak akan terlihat kelenjar hipofisa berwarna putih sebesar butiran kacang hijau.
5)                 Dengan tetap menggunakan pinset, kelenjar hipofisa diangkat dan diletakkan ke dalam cawan yang bersih untuk dicuci dengan aquades hingga darah yang melekat hilang. Cara membersihkannya dengan disemprot aquades menggunakan pipet.
6)                 Setelah butir kelenjar hipofisa bersih, masukkan ke dalam tabung penggerus (dapat menggunakan kantong plastik kecil atau gelas). Selanjutnya kelenjar hipofisa digerus atau dipencet hingga hancur.
7)                 Encerkan kelenjar hipofisa tersebut dengan 1-1,5 ml aquades atau larutan garam fisiologis. Larutan garam fisiologis atau sering pula disebut cairan infus yang dapat diperoleh di apotek (dijual bebas). Dengan demikian, hormon GSH yang terkandung didalam hipofisa akan terlarut dalam cairan.
8)                 Larutan tersebut diendapkan beberapa menit hingga kotoran tampak mengendap didasar. Cairan dibagian atas diambil dengan tabung injeksi (spuit) untuk disuntikan pada ikan.
Gambar 5. Proses pengambilan kelenjar hipofisa
http://ririnrohmah.files.wordpress.com/2011/05/050411_0955_caramembuat1.png?w=624
Penyuntikan Hormon
Untuk merangsang induk lele sangkuriang agar memijah sesuai dengan yang diharapkan, sebelumnya induk harus disuntik menggunakan zat perangsang berupa kelenjar hipofisa. Kelenjar hipofisa diambil dari donor ikan lele sangkuriang yang telah dewasa dan telah berumur minimal 1 tahun. Penyuntikan menggunakan kelenjar hipofisa cukup dengan 1 dosis. Artinya, ikan donor yang akan diambil kelenjar hipofisanya, beratnya sama dengan ikan induk lele sangkuriang yang akan disuntik.
Induk sebagai resipien yang telah dipersiapkan sebelumnya, diambil dari dalam hapa. Induk tersebut dipegang dengan bantuan penyerok dari jaring supaya tidak licin. Penyuntikan dapat dilakukan pada 3 tempat, yaitu pada otot punggung, batang ekor dan sirip perut. Akan tetapi pada umumnya dilakukan pada otot punggung dengan kemiringan alat suntik 45°. Hormon didalam spuit disuntikan didekat sirip punggung kedalam daging induk (intramuscular). Setelah disuntik, induk betina dimasukan kedalam kolam yang telah dipersiapkan. Biarkan lele dalam keadaan tenang.

Gambar 6. Penyuntikan hormon hipofisa
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuZxO2t8EVreWUzPCinVWBq8lzlPBsQPY3QbVXCrzdvAEeV57y4Pg3G__-z1kRVGxjS_z4ifFeNveRP2DwnjA4BbsuBW15kXlBqqJb_FNtD3LhFaNanM87c7f-3GCUbdR3rEd2pJ2oEXk/s1600/lele+induce+breeding.jpg

Pemijahan Melalui Pengurutan (Stripping)
Alternatif lain pembuahan (fertilisasi) buatan yaitu dengan melakukan pengurutan (stripping). Setelah hormon disuntikan pada ikan lele sangkuriang dan induk siap memijah, disaat yang tepat dilakukan pengurutan telur dan sperma untuk dicampurkan dalam suatu wadah agar terjadi pembuahan secara buatan. Cara pengurutan ini lebih canggih dan hasil benihnya lebih banyak karena segalanya lebih terkontrol. Namun, proses ini memerlukan teknisi pelaksana yang mempunyai keterampilan lebih baik.
Beberapa keuntungan cara pengurutan ini antara lain seperti berikut.
a)         Jumlah telur yang dihasilkan dapat dihitung secara persis (lebih ilmiah).
b)        Jumlah telur yang dibuahi oleh sperma (derajat fertilisasi) lebih banyak.
c)         Dapat dilakukan pengaturan waktu, misalnya waktu pengurutan, waktu mendapatkan benih, dan pengaturan waktu lainnya. Telur dalam wadah yang dibuahi lalu diteteskan di dalam hapa dengan diairi air bersih terus menerus sampai 2 minggu lamanya dengan diberi pakan zooplankton berupa cacing sutra dan serbuk pakan yang mencukupi.
Cara Pengeluaran Sel Telur
Setelah disuntik dengan hormon hipofisa, induk jantan maupun induk betina dipisahkan, masing-masing diletakkan di dalam hapa yang telah dipasang di kolam yang airnya jernih dan tenang. Sekitar 10 jam setelah disuntik, diperkirakan telur sudah dapat diurut. Namun, sebelumnya induk lele tersebut perlu diperiksa dahulu (sudah siap diurut atau belum). Cara memeriksanya antara lain:
1.         Induk lele ditangkap menggunakan serok. Badannya dipegang dan kepalanya ditutupi dengan handuk basah, lalu perutnya diurut sedikit ke arah dubur.
2.         Apabila beberapa butir telur dapat keluar maka induk betina itu sudah siap untuk diurut. Pengurutan dilanjutkan untuk mengeluarkan seluruh telurnya. Dengan hati-hati tetapi cukup kuat, perut ikan diurut mulai dari sirip dada ke arah dubur. Telur yang keluar ditampung dalam sebuah baskom yang bersih dan kering.
3.         Apabila telur belum dapat keluar saat diurut maka induk lele tersebut dikembalikan ke dalam hapa penampungan lagi. Selanjutnya, perlu diperiksa lagi setiap 10-15 menit, untuk mengetahui telur sudah siap dikeluarkan atau belum.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses pengurutan telur adalah sebagai berikut:
1.             Kain yang digunakan untuk menutup kepala ikan pada waktu diurut harus halus dan bersih. Penggunaan kain ini dimaksudkan supaya lele tidak meronta waktu diurut.
2.             Wadah atau baskom untuk menampung telur harus benar-benar kering dan bersih karena kotoran dapat mempengaruhi proses pembuahan.
Gambar 7. Pengeluaran telur
http://ririnrohmah.files.wordpress.com/2011/05/051011_1604_poliploidis3.jpg?w=624

Cara Mengeluarkan Sel Sperma
Sel sperma lele sangkuriang tidak dapat dikeluarkan dengan cara pengurutan, melainkan harus dibedah, jadi induk jantan harus dimatikan. Cara- cara mengeluarkan sel sperma:
1)             Induk jantan dibedah perutnya lalu seluruh kantong sperma diambil.
2)             Kantung sperma dipotong dengan gunting yang bersih, kemudian dicampur dengan 100-200 ml larutan garam fisiologis (larutan NaCL 7%). Kantung sperma tersebut dijepit dengan pinset (atau dengan jari tangan yang bersih), lalu diremas-remas agar sel-sel sperma keluar kedalam larutan NaCl. Tidak ada ketentuan khusus tentang banyaknya larutan garam fisiologis yang digunakan untuk mencampur sperma. Namun, umumnya setengah gelas (100 ml) cukup untuk kantung sperma dari seekor lele jantan yang berumur 1 tahun.
Hal yang perlu diketahui bahwa manfaat larutan garam 7% adalah
1)        Untuk mengencerkan sperma agar telur yang akan terbuahi semakin banyak.
2)        Untuk memperpanjang umur sperma setelah keluar dari kantung sperma. Jika didalam air tanpa garam NaCl, sperma lele hanya tahan hidup sekitar 3 menit, sedangkan didalam larutan garam tersebut, dapat hidup sampai 60 menit.
Gambar 8. Pembedahan perut induk jantan


Cara Melakukan Pembuahan
Setelah telur dan sperma berhasil dikeluarkan, segera dilakukan pembuahan buatan. Caranya sebagai berikut :
1)             Telur ditampung dalam baskom. Sperma didalam cawan tadi dituangkan kedalam telur lalu diaduk menggunakan bulu ayam yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan sebelumnya.
2)             Campurkan telur dan sperma tersebut lalu diaduk selama 2-3 detik, lalu dituangi air bersih (air sumur atau air dari mata air) sebanyak 1-2 liter, penuangan air dilakukan secara perlahan-lahan sambil terus diaduk selama 2 menit. Menurut pengalaman, saat ini semua telur telah terbuahi oleh sperma.
3)             Telur  yang terbuahi dicuci atau dibilas dengan air bersih lebih banyak lagi agar sperma yang tersisa dapat terbuang karena sperma adalah protein yang mudah membusuk yang dapat berakibat buruk bagi telur.
4)             Selanjutnya, telur yang telah terbuahi ditebar dalam bak  penetasan yang sudah dipasang kakaban yang dialiri air jernih secara perlahan-lahan.
5)             Telur akan menetas dalam waktu 36-40 jam pada suhu air 26-28oC. telur yang tidak terbuahi akan mati dan warnanya berubah menjadi putih dan akhirnya ditumbuhi jamur. Oleh karena itu, telur yang telah berwarna putih harus segera dibuang.
Gambar 9. Pencampuran sel telur dan sel sperma (pembuahan)
http://ririnrohmah.files.wordpress.com/2011/05/051011_1604_poliploidis4.jpg?w=624
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pemijahan buatan ikan lele sangkuriang dengan metode stripping menggunakan induk yang matang gonad dan berumur 1 tahun.
Kelebihan dari metode stripping adalah jumlah telur yang dihasilkan dapat dihitung secara persis, jumlah telur yang dibuahi oleh sperma (derajat fertilisasi) lebih banyak, dapat dilakukan pengaturan waktu.
Pengambilan sel sperma dilakukan dengan cara membedah bagian perut induk jantan. Untuk induk betina dilakukan dengan pengambilan hormon hipofisa dari ikan donor dan disuntik pada induk betina. Metode stripping dilakukan secara hati-hati agar ikan tidak stres.

Saran
Adapun saran dari penulis yaitu untuk mendapatkan benih ikan lele sangkuriang  yang berkualitas dan kontinyu dapat dilakukan dengan pemijahan buatan (metode stripping).
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. Agro Media Pustaka. Jakarta. Hal 12-14
Hernowo, Suyanto dan Rachmatun. 2002. Pembenihan dan pembesaran Lele. Kanisius. Yogyakarta . 30-35
Khairuman, 2002. Budidaya Lele Sangkuriang Secara Intensif. Argo Media Pustaka. Jakarta. Hal 26-29
Mahyudin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 16-17
Nasrudin. 2010. Jurus Sukses Beternak Lele Sangkuriang. Agromedia. Jakarta.  Hal 45-47
Santoso, B. 1995. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Lele Dumbo dan Lokal. Kanisius. Yokyakarta. Hal 8-9
Santoso, H. 2002. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 18-19
Soetomo, 2003. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar baru Algensindo. Jakarta. Hal 39-40
Subagja, J. 2010. Pemijahan Buatan Pada Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus). Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor. Hal 53-61
Suyanto. 1997. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 17-19
Swadaya, 2011. Kebiasaan Makan Ikan Lele. http://www.mycatfish.com/2012/04/kebiasaan-makan-ikan-lele.html.

2 komentar:

  1. Untuk ikan donor yang di ambil kelenjar hipofisa jenis kelaminya apa ya? Jantan ataukah betina? Atau bisa kedua-duanya

    BalasHapus
  2. Hard Rock casino and poker room - Dr.MCD
    Hard Rock Casino 서울특별 출장마사지 and Poker Room is located on 3475 경상북도 출장샵 North Las Vegas Boulevard South. The 보령 출장샵 casino's 세종특별자치 출장안마 6,000 sq. ft. casino floor features more than 100 수원 출장샵 slot

    BalasHapus